Header Ads

Busur Komposit Prajurit Romawi Timur

Busur komposit yang sangat powerfull dalam laga tempur telah melegenda di dunia timur. Tidak terkecuali bagi bangsa Romawi yang kala itu telah menguasai daerah Asia sampai Afrika. Rupanya, bangsa Romawi yang notabene berasal dari Eropa Barat itu telah membaur dengan kebudayaan local orang timur, terutama Asia. Orang-orang di daratan Asia sangat mengenal busur komposit, yaitu busur yang dipakai dengan sangat luwes baik dengan mengendarai kuda ataupun tidak.
Orang-orang Romawi yang telah “berhijrah” dari barat ke daerah timur pun dengan perlahan-lahan mengganti busur panjang(longbow) mereka dengan busur komposit yang lebih fleksibel namun powerfull.
Lihatlah gambar di bawah ini !


(Sumber : Prajurit Romawi 236-565 M, Simon  MacDowall & Gerry Embelton halaman 45)

Ini adalah lukisan yang menggambarkan latihan memanah bagi prajurit Romawi di abad 4 Masehi. Karena infantry (pasukan pejalan kaki) banyak ditugaskan untuk fungsi pertahanan, kemampuannya untuk menggunakan senjata-senjata jarak jauh menjadi semakin penting. Latihan memanah sangatlah penting dan dibutuhkan usaha yang terus menerus bagi para prajurit untuk mencapai dan mempertahankan kemahiran dalam memanah. Vegetius (sejarawan Romawi) berkata, “sepertiga atau seperempat dari semua calon prajurit, mereka yang berbakat, harus dilatih dengan menggunakan busur kayu (horsebow) dan anak panah untuk latihan. Para ahli memanah harus dipilih dengan hati-hati dan harus dengan rajin mengajarkankepada para prajurit baru cara untuk memegang busur dengan benar, untuk meregangkan busur dengan kekuatan yang cukup, menjaga tangan kiri agar tetap stabil, membiasakan tangan kanan untuk menarik tali busur, serta memusatkan perhatian dan pandangan mata ke sasaran”.
Gambar di atas menunjukkan beberapa rekrutan baru dari provinsi-provinsi timur Kekaisaran Romawi sedang menjalani latihan memanah sebagaimana digambarkan oleh Vegetius. “ Busur kayu dan anak panah untuk latihan” mungkin menandakan bahwa busur komposit mahal dan hanya digunakan untuk pertempuran. Para calon prajurit telah diberi tunik linen yang baru. Mereka juga mengenakan peci kulit Pannonia yang menurut Vegetius diwajibkan agar prajurit tidak kaget dengan berat helm yang nanti akan mereka pergunakan dalam peperangan”.
Ahli senjata (compidoctor) adalah prajurit yang berpengalaman. Dia seperti para veteran yang menonton, telah membeli baju untuk dirinya sendiri di daerah setempar, sehingga bajunya tidak berbeda dengan baju rakyat sipil. Sabuk militer sering tidak digunakan demi kenyamanan prajurit, seperti Nampak pada beberapa mosaic pada zaman tersebut.
Para prajurit telah dilatih untuk menembakkan panah menggunakan tarikan jempol (thumb draw) gaya orang timur, dengan bantuan cicin di jempol. Strategikon mengatakan bahwa metode tersebut atau metode Barat yang menggunakan tarikan 3 jari (split finger) adalah cara yang diperbolehkan untuk diajarkan pada calon prajurit. Karena kebanyakan pemanah berada di satuan-satuan Timur, maka kemungkinan besar cara melepaskan busur dengan metode thumb draw lebih lazim dilakukan.


Busur komposit prajurit Romawi
(Sumber : Prajurit Romawi 236-565 M, Simon  MacDowall & Gerry Embelton halaman 54)

Namun, selain menggunakan busur komposit, ternyata prajurit Romawi juga menggunakan crossbow. Vegetius menyatakan bahwa crossbow yang ia sebut sebagai arcubalistae adalah senjata yang lazim dipakai. Crossbow kemungkinan dibawa oleh Legiones Balistarii dari Eropa, yang disebutkan oleh Ammianus da nada di dalam daftar Notitia Dignitatum. Strategikon menjelaskan bahwa crossbow sebagai senjata pasukan infantry ringan yang dapat menembakkan anak panah pendek ke jarak yang jauh.


Crossbow yang digunakan prajurit Romawi
(Sumber : Prajurit Romawi 236-565 M, Simon  MacDowall & Gerry Embelton halaman 52)


Lebih lanjut mengenai crossbow kecil ini akan kita jabarkan lebih lanjut pada saat kita membahas prajurit Shalahuddin Al Ayubi di perang salib InsyaAllah 

Tidak ada komentar